Ada yang begitu saja terngiang ketika saya penat, entah karena menghadapi banyaknya tasking di redaksi; atau sedang menghadapi masalah lain. Mau tahu apa? Sebuah lagu lawas. Sebagaimana tertera di judul postingan, judul lagu tersebut adalah Ku Mohon. Versi perdana lagu ini dibawakan oleh seorang penyanyi cantik berkebangsaan Malaysia, Sheila Majid. Beberapa tahun lalu lagu ini dinyanyikan kembali oleh Afgan dengan high note yang lebih powerful.
Sheila atau Afgan? Kalau diminta memilih, saya tidak bisa. Saya suka kedua versi lagu Ku Mohon, sama-sama mencirikan kekhasan penyanyinya. Namun, bagaimanapun yang namanya versi asli agaknya tetap lebih berkesan; apalagi saya mendengarnya saat menjelang dewasa. Ya, pertama kali saya mendengarkannya pada era 90-an akhir.
Mungkin karena saya lahir di tahun 80-an, segala hal tentang 90-an—dalam hal ini, lagu—hampir selalu meninggalkan kesan tersendiri. Terutama juga karena di tahun-tahun itu saya menghadapi peristiwa kehilangan, someone special and precious: Bapak. Kala itu saya terpukul oleh rasa sedih, putus asa, dan hilang semangat. Saya ingat benar, banyak hal dalam hdup saya berubah semenjak beliau tidak lagi di sisi. Well, pastinya tidak hanya saya di dunia ini yang menghadapi masalah. Selagi nyawa masih di badan, setiap orang menghadapinya. Saya hanya perlu bertahan, bersabar sebentar lagi… lagi… lagi… dan lagi. Baca lebih lanjut →